600 Jamaah Menghadiri Pengajian Wahdatun Nisa di Pesantren Multazam


Bogor
- Sekitar 600 jamaah kaum ibu menghadiri pengajian akbar Majlis Ta'lim Wahdatun Nisa se-kecamatan Rumpin yang diadakan di Pesantren Terpadu Ekonomi Islam MULTAZAM yang terletak di Kampung Parigi Desa Sukamulya Kecamatan Rumpin.

Sejak pagi jamaah berdatangan dengan menggunakan kendaraan jenis angkot, engkel dan minibus. Jamaah yang hadir dari berbagai majelis ta'lim di kecamatan Rumpin. Hadir pada acara tersebut Ibu Lurah Kelurahan Sukamulya dan Jajaran pengurus Majlis Ta'lim Wahdatun Nisaa. Dalam sambutannya, ibu Lurah menyampaikan rasa bahagia dan dukungan terhadap kegiatan majlis ta'lim Wahdatun Nisaa.

Selain acara diisi dengan pengajian kitab fiqih Kasyifatus Sajaa, acara juga diiisi dengan penampilan qasidah dari santri Multazam dan ceramah da'i cilik yang disampaikan oleh Azhar Muhammad Fauzi santrii kelas II Mts Multazam.

Mahasiswa Baru STAI Asy-Syukriyah "Tamasya" di Pesantren Multazam


Bogor
- Sebanyak 113 mahasiswa baru SekolahTinggi Agama Islam Asy-Syukriyyah Tangerang melakukan "tamasya" di Pesantren Multazam Bogor 25/10/11. Tamasya adalah kepanjangan dari "Ta'aruf Mahasiswa Asy-Syukriyah" suatu acara yang menyerupai ospek (orientasi pengenalan kampus) bagi mahasiswa baru.

Acara yang berlansung dua hari itu dikuti mahasiswa dengan antusias. Sejak pembukaan, pemaparan materi, outbond hingga fun game dan penutupan pun diikuti dengan semangat. Yang menarik adalah, kedatangan mereka bersamaan dengan musim panen buah rambutan, sehingga pihak pesantren mempersilakan mahasiswa memetik sendiri dari pohonnya. Panitia pun menggunakan kesempatan ini dengan membuat acara lomba memetik rambutan.

Para mahasiswa terkesan dengan suasana desa yang masih alami, terutama saat jalan menuruni sawah, mendakt bukit, dan melihat telaga.

Pesantren Multazam Mendapat Izin Pendirian Diniyah Takmiliyah Dari Kementerian Agama

Bogor - Pesantren Multazam yang berlokasi di Kampung Parigi Desa Sukamulya Rumpin-Bogr telah mendapat izin pendirian Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) dari kementerian Agama. Hal itu tercermin dengan telah dikeluarkannya SK Kementerian Agama Kantor Kabupaten Bogor No. Kd.0101/5/PP.00.8/678/2011 tertanggal 24 Juni 2011 tentang status Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Multazam yang terdaftar di kementerian tersebut. Dan terdaftar dengan Nomor Statistik Diniyah Takmilyah Awaliyah (NSDT) 311232011071.

Dengan telah dikeluarkannya SK tersebut menjadikan Multazam sebagai Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang resmi. Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah adalah sebuah sekolah atau madrasah yang memberikan kesempatan kepada peserta didik SD dan SMP untuk mendalami ilmu agama secara formal di luar jam sekolah umum. Sesuai perda Kabupaten Bogor tentang madarsah ini yang mewajibkan pelajar SMP mampu baca tulis al-quran, maka madrasah diniyah ditetapkan sebagai lembaga formal untuk siswa SD belajar baca tulis al-quran, sehingga saat masuk ke jenjang SMP mereka sudah memenuhi syarat mampu membaca al-quran.

Pondok Pesantren: sejarah dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia

Oleh: KH. Muhammad Jamhuri, Lc. MA.

Pendahuluan

Suatu hal yang tidak terlepas dalam wacana pendidikan di Indonesia adalah Pondok Pesantren. Ia adalah model sistem pendidikan pertama dan tertua di Indonesia. Keberadaannya mengilhami model dan sistem-sistem yang ditemukan saat ini. Ia bahkan tidak lapuk dimakan zaman dengan segala perubahannya. Karenanya banyak pakar, baik lokal maupun internasional melirik Pondok Pesantren sebagai bahan kajian. Tidak jarang beberapa tesis dan disertasi menulis tentang lembaga pendidikan Islam tertua ini.

Di antara sisi yang menarik para pakar dalam mengkaji lembaga ini adalah karena “modelnya”. Sifat keislaman dan keindonesiaan yang terintegrasi dalam pesantren menjadi daya tariknya. Belum lagi kesederhanaan, sistem dan manhaj yang terkesan apa adanya, hubungan kyai dan santri serta keadaan fisik yang serba sederhana. Walau di tengah suasana yang demikian, yang menjadi magnet terbesar adalah peran dan kiprahnya bagi masyarakat, negara dan umat manusia yang tidak bisa dianggap sepele atau dilihat sebelah mata. Sejarah membuktikan besarnya konstribusi yang pernah dipersembahkan lembaga yang satu ini, baik di masa pra kolonial, kolonial dan pasca kolonial, bahkan di masa kini pun peran itu masih tetap dirasakan.

Di tengah gagalnya sebagian sistem pendidikan dewasa ini, ada baiknya kita menyimak kembali sistem pendidikan pesantren. Keintegrasian antara ilmu etika dan pengetahuan yang pernah dicanangkan pesantren perlu mendapat perhatian, sehingga -paling tidak- mengurangi apa yang menjadi trendi di tengah-tengah pelajar dan pemuda kita: TAWURAN.

Pondok pesantren Dahulu

Dalam catatan sejarah, Pondok Pesantren dikenal di Indonesia sejak zaman Walisongo. Ketika itu Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan di Ampel Surabaya dan menjadikannya pusat pendidikan di Jawa. Para santri yang berasal dari pulau Jawa datang untuk menuntut ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal dari Gowa dan Talo, Sulawesi.

Pesantren Ampel merupakan cikal bakal berdirinya pesantren-pesantren di Tanah Air. Sebab para santri setelah menyelesaikan studinya merasa berkewajiban mengamalkan ilmunya di daerahnya masing-masing. Maka didirikanlah pondok-pondok pesantren dengan mengikuti pada apa yang mereka dapatkan di Pesantren Ampel.

Kesederhanaan pesantren dahulu sangat terlihat, baik segi fisik bangunan, metode, bahan kajian dan perangkat belajar lainnya. Hal itu dilatarbelakangi kondisi masyarakat dan ekonomi yang ada pada waktu itu. Yang menjadi ciri khas dari lembaga ini adalah rasa keikhlasan yang dimiliki para santri dan sang Kyai. Hubungan mereka tidak hanya sekedar sebagai murid dan guru, tapi lebih seperti anak dan orang tua. Tidak heran bila santri merasa kerasan tinggal di pesantren walau dengan segala kesederhanaannya. Bentuk keikhlasan itu terlihat dengan tidak dipungutnya sejumlah bayaran tertentu dari para santri, mereka bersama-sama bertani atau berdagang dan hasilnya dipergunakan untuk kebutuhan hidup mereka dan pembiayaan fisik lembaga, seperti lampu, bangku belajar, tinta, tikar dan lain sebagainya.

Materi yang dikaji adalah ilmu-ilmu agama, seperti fiqih, nahwu, tafsir, tauhid, hadist dan lain-lain. Biasanya mereka mempergunakan rujukan kitab turost atau yang dikenal dengan kitab kuning. Di antara kajian yang ada, materi nahwu dan fiqih mendapat porsi mayoritas. Ha litu karena mereka memandang bahwa ilmu nahwu adalah ilmu kunci. Seseorang tidak dapat membaca kitab kuning bila belum menguasai nahwu. Sedangkan materi fiqih karena dipandang sebagai ilmu yang banyak berhubungan dengan kebutuhan masyarakat (sosiologi). Tidak heran bila sebagian pakar meneybut sistem pendidikan Islam pada pesantren dahulu bersifat “fiqih orientied” atau “nahwu orientied”.

Masa pendidikan tidak tertentu, yaitu sesuai dengan keinginan santri atau keputusan sang Kyai bila dipandang santri telah cukup menempuh studi padanya. Biasanya sang Kyai menganjurkan santri tersebut untuk nyantri di tempat lain atau mengamalkan ilmunya di daerah masing-masing. Para santri yang tekun biasanya diberi “ijazah” dari sang Kyai.

Lokasi pesantren model dahulu tidaklah seperti yang ada kini. Ia lebih menyatu dengan masyarakat, tidak dibatasi pagar (komplek) dan para santri berbaur dengan masyarakat sekitar. Bentuk ini masih banyak ditemukan pada pesantren-pesantren kecil di desa-desa Banten, Madura dan sebagian Jawa Tengah dan Timur.

Pesantren dengan metode dan keadaan di atas kini telah mengalami reformasi, meski beberapa materi, metode dan sistem masih dipertahankan. Namun keadaan fisik bangunan dan masa studi telah terjadi pembenahan. Contoh bentuk terakhir ini terdapat pada Pondok Pesantren Tebu Ireng dan Tegalrejo.

Pesantren Kini

Bentuk, sistem dan metode pesantren di Indonesia dapat dibagi kepada dua periodisasi; Periode Ampel (salaf) yang mencerminkan kesederhanaan secara komprehensif. Kedua, Periode Gontor yang mencerminkan kemodernan dalam sistem, metode dan fisik bangunan. Periodisasi ini tidak menafikan adanya pesantren sebelum munculnya Ampel dan Gontor. Sebelum Ampel muncul, telah berdiri pesantren yang dibina oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Demikian juga halnya dengan Gontor, sebelumnya telah ada –yang justru menjadi cikal bakal Gontor- pesantren Tawalib, Sumatera. Pembagian di atas didasarkan pada besarnya pengaruh kedua aliran dalam sejarah kepesantrenan di Indonesia.

Sifat kemodernan Gontor tidak hanya terletak pada bentuk penyampaian materi yang menyerupai sistem sekolah atau perkuliahan di perguruan tinggi, tapi juga pada gaya hidup. Hal ini tercermin dari pakaian santri dan gurunya yang mengenakan celana dan dasi. Berbeda dengan aliran Ampel yang sarungan dan sorogan. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat para Kyai salaf menekankan perasaan anti kolonial pada setiap santri dan masyarakat, hingga timbul fatwa bahwa memakai celana dan dasi hukumnya haram berdasarkan sebuah hadist yang berbunyi: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum (golongan), maka dia termasuk golongan itu”.

Dalam hal ini, Gontor telah berani melangkah maju menuju perubahan yang saat itu masih dianggap tabu. Namun demikian bukan tidak beralasan. Penggunaan dasi dan celana yang diterapkan Gontor adalah untuk mendobrak mitos bahwa santri selalu terkebelakang dan ketinggalan zaman. Prinsip ini tercermin dengan masuknya materi bahasa inggris menjadi pelajaran utama setelah bahasa Arab dan agama, dengan tujuan agar santri dapat mengikuti perkembangan zaman dan mampu mewarnai masyarakat dengan segala perubahannya.

Beberapa reformasi dalam sistem pendidikan pesantren yang dilakukan Gontor antara lain dapat disimpulkan pada beberapa hal. Di antaranya: tidak bermazdhab, penerapan organisasi, sistem kepimimpinan sang Kyai yang tdak mengenal sistem waris dan keturunan, memasukkan materi umum dan bahasa Inggris, tidak mengenal bahasa daerah, penggunaan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dan percakapan, olah raga dengan segala cabangnya dan lain-lain. Oleh karena itu Gontor mempunayi empat prinsip, yaitu: berbudi tinggi, berbadan sehat, berpikiran bebas dan berpengetahuan luas.

Langkah-langkah reformasi yang dilakukan Gontor pada gilirannya melahirkan alumni-alumni yang dapat diandalkan, terbukti dengan duduknya para alumni Gontor di berbagai bidang, baik di instansi pemertintah maupun swasta. Bila mazdhab Ampel telah melahirkan para ulama, pejuang kemerdekaan dan mereka yang memenuhi kebutuhan lokal, maka Gontor telah memenuhi kebutuhan di segala sendi kehidupan di negeri ini. Atas dasar itu pula penulis membagi sejarah sistem pendidikan pesantren kepada dua pase; pase Ampel dan pase Gontor.

Satu persamaan yang dimilki dua madzhab ini adalah bahwa kedua-duanya tidak mengeluarkan ijazah negeri kepada alumninya, dengan keyakinan bahwa pengakuan masyarakatlah sebagai ijazahnya.

Langkah reformasi di atas tidak berarti Gontor lebih unggul di segala bidang, terbukti kemampuan membaca kitab kuning (turost) masih dikuasai alumni mazdhab Ampel dibanding alumni mazdhab Gontor.

Pembaharuan di Bidang Furu’

Yang dimaksud perubahan di bidang furu’ di sini adalah beberapa perubahan pada beberapa bidang yang dilakukan sejumlah pondok pesantren yang berkiblat atau mengikuti Gontor. Seperti perubahan kurukulum dan aktifitas pesantren. Hal ini terjadi karena dipandang masih adanya beberapa kelemahan yang ditemukan pada Gontor. Atau karena adanya kebutuhan masyarakat di mana pesantren itu berada. Untuk mengisi kekurangan di bidang penguasaan kitab kuning umpamanya, beberapa pesantren memasukkan kitab kuning sebagai sylabus, meskipun jam pelajarannya berada di luar waktu sekolah, seperti halnya yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Rahman, Jakarta. Sistem kombinasi (perpaduan) mazdhab Gontor dan Salaf ini belakangan banyak diterapkan di tengah tumbuhnya pesantren-pesantren. Pengajaran kitab kuning pun tidak lagi menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar sebagaimana yang ditemukan pada pesantren Salaf, meskipun demikian metode pembacaannya (secara nahwu) masih mengikuti mazdhab Salaf, yaitu menggantikan “Utawi-Iku” dengan “Bermula-Itu” pada kedudukan mubtada dan khobar. Di sisi lain sejumlah pesantren mengikuti sylabus Depag atau Depdikbud. Hal itu karena didorong tuntutan masyarakat yang menginginkan anaknya menggondol ijazah negeri setelah menyelesaikan studinya. Sebagai konsekwensinya, mau tidak mau beberapa materi yang terdapat pada Gontor dikurangi mengingat jatah kurikulum pemerintah tadi. Atau paling tidak beberapa jam pelajaran dibagi-bagi untuk memenuhi kurikulum tadi. Sehingga bobot Gontornya sedikit berkurang. Namun demikian, langkah ini membantu para alumninya melanjutkan pendidikan di mana saja karena adanya ijazah negeri. Bentuk terakhir ini kita dapatkan pada Pondok Pesantren Daarun Najah, Daarul Qolam dan pesantren-pesantren sekarang pada umumnya.

Kebijakan Pemerintah dan Pendidikan

Pemerintah melalui Departemen Agama telah mengeluarkan kebijaksanaannya dalam pendidikan, yaitu dengan SK Menag tentang penyelenggaraan pendidikan agama. Maka berdirilah MI, Mts, Madrasah Aliyah dan IAIN dengan tujuan mencetak ulama yang dapat menjawab tantangan zaman dan memberi kesempatan kepada warga Indonesia yang mayoritas muslim mendalami ilmu agama. Ijazah pun telah disetarakan dengan pendidikan umum sesuai dengan SK bersama tiga menteri (Menag, Mendikbud, Mendagri). Dengan demikian lulusan madrasah disetarakan dengan lulusan sekolah umum negeri.

Namun demikian, setelah berjalannya proses kebijakan tersebut, terbukti masih terdapat kelemahan-kelemahan, baik mutu pengajar, alumni (siswa) dan materinya, sehingga cita-cita mencetak ulama yang handal kandas di tengah jalan. Ha lini terbukti masih dominannya lulusan pesantren dalam soal keagamaan. Bahkan lulusan madrasah dapat dikatakan serba tanggung, menjadi seorang profesional pun tidak, ulama pun tidak, Tidak heran bila banyak suara sumbang dan kritikan tajam bahwa SK bersama tiga menteri di atas hanya sebuah upaya pengikisan Islam dan keilmuannya melalui jalur pendidikan. Sehingga pada waktunya nanti Indonesia akan mengalami kelangkaan ulama. Ini terbukti dengan menjauhnya masyarakat dari madrasah. Mereka lebih bangga menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah umum. Alasannya sederhana, lulusan madrasah sulit mencari pekerjaan dibanding lulusan sekolah umum, walaupun pendapat ini tidak seluruhnya benar, tapi demikianlah yang kini berkembang di masyarakat.

Lebih ironi lagi, pemerintah melarang alumni pondok pesantren non kurikulum pemerintah untuk masuk IAIN. Alasannya karena mereka tidak memiliki ijazah negeri atau karena ijazah pesantrennya tidak disetarakan dengan ijazah negeri. Akibatnya IAIN hanya diisi oleh lulusan-lulusan madrasah dan sekolah umum yang note bone mutu pendidikan agamanya sangat minim. Padahal di tengah-tengah suasana globalisasi dan keterbukaan , kwalitaslah yang menjadi acuan, bukan formalitas.

Fenomena di atas membuat beberapa pesantren mengadakan ujian persamaan negara dan mengadopsi kurikulum pemerintah. Dan tentu saja segala konsekwensi yang telah disebut di atas akan terjadi. Di samping karena hal itu menjadi tuntutan masyarakat.

Pendidikan Islam Alternatif

Beberpa studi empiris tentang pendidikan Islam di Indoensia menyimpulkan masih terdapatnya beberapa kelemahan. Karena itu kini banyak ditemukan beberapa lembaga pendidikan alternatif yang mengakomodir berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Sekolah-sekolah unggulan, SMP Plus, SMU Terpadu yang kini banyak berdiri merupakan respon dari fenomena di atas. Tidak jarang kini ditemukan SMP atau SMU yang berasrama seperti halnya pondok pesantren. Dipergunakannya nama “SMP” dan “SMU” di atas hanya lebih karena dorongan kebutuhan market (pasar). Sebab, nama pondok pesantren pada sebagian masyarakat masih dianggap kolot dan ketinggalan zaman.

Bentuk pendidikan ini dilengkapi dengan kurikulum yang tidak kalah dengan yang terdapat pada pesantren dan sekolah umum. Terbukti adanya sejumlah sekolah ini yang melahirkan “Huffadz” (penghafal al-Quran) padahal lahir dari sebuah SMP atau SMA.

Di sisi lain, bentuk lembaga ini merindukan pudarnya dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum agar integritas keduanya berjalan bersama-sama sebagaimana yang pernah ditemukan dunia Islam masa silam. Inilah mungkin yang pernah diungkapkan oleh KH. Zainuddin MZ sebagai “Hati Mekkah, Otak Jerman”. Walaupun semboyan ini tidak seluruhnya benar. Soalnya, pendidikan Islam harus bersemboyan “Hati, Otak dan jiwa harus Islami”, dan ini telah terbukti dengan lahirnya ilmuwan-ilmuuwan Islam di zaman keemasan.

Kegiatan belajar-mengajar di lembaga ini sama dengan pesantren, Ia juga mempunyai nilai plus yang tidak didapatkan di sekolah umum biasa. Untuk menghasilkan alumi yang handal, lembaga ini menyaring calon siswanya dengan ujian masuk yang ketat. Kemampuan IQ dan intelejensi menjadi prioritas dalam menerima para siswa. Fasilitas yang memadai menjadi daya tarik minat masyarakat walau harus membayar dengan harga tinggi. Hal ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bahkan sebagian lapisan masyarakat merasa bangga dengan bayaran tinggi karena sesuai dengan mutu dan fasilitas.

Apakah bentuk pendidikan ini telah berhasil dan dianggap sukses?. Belum tentu, selain belum lahirnya para alumni model ini, sistem pendidikan akan terus berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan zaman. Bahkan kemungkinan bentuk terakhir ini tidak mampu berjalan selama kurun satu atau dua dasawarsa ke depan.

Penutup

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lembaga-lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren telah banyak memberikan andil bagi bangsa Indoneisa, baik dahulu maupun kini. Kehandalan pondok pesantren selama berabad-abad, walau dengan segala kesederhanaannya masih menjadi harapan umat Islam sebagai benteng satu-satunya bagi umat Islam dan kelimiahannya. Karena dari sanalah lahir generasi-generasi yang melanjutkan da’wah Islam. Tidak aneh bila ada anggapan bahwa para orientalis mulai menggeluti sosiologi pesantren untuk mencari titik yang dapat melemahkan kesinambungannya demi pengikisan Islam di Indonesia, baik melaui cara halus maupun kasar.

Walau bagaimana tangguhnya sebuah pesantren ia harus tetap belajar dengan lingkungan sekitarnya sambil melestarikan identitas keislamannya. Sistem fiqih orientied yang diterapkan pada masa Ampel misalnya, pada zaman kini dirasa kurang berhasil melahirkan alumni yang iltizam dengan agamanya, terbukti adanya sebagian santri setelah lulus dari pesantrennya kurang mengamalkan ajaran agamanya. Karena sekeluarnya dari almamater, dalam jiwanya merasa telah bebas dari segala peraturan dan tata tertib pesantren, padahal sebenarnya sebagian besar tata tertib itu adalah bagian dari ajaran Islam, seperti berjilbab, sholat berjamaah, membaca al-Quran, menjauhi yang haram dan syubhat, melakukan hal yang sunah dan lain sebagainya.

Oleh karena itu perlu adanya upaya memberi materi Islam secara kaffah, kamil dan mutakamil. Sehingga pemahaman dan sikapnya terhadap Islam pun bersifat komprehensif, dan tidak sepenggal-penggal.

Keanekaragaman lembaga pendidikan Islam merupakan khazanah yang perlu dilestarikan. Setiap lembaga mempunyai ciri khas dan orientasi masing-masing, namun demikian harus ada satu komitmen, yaitu memberi pemahaman Islam secara kaffah demi izzul Islam wal muslimin. Wallahu’alam

Kemerdekaan Ekonomi vs Prinsip Ekonomi Syariah

Oleh: Any Setianingrum MESy

66 tahun kemerdekaan adalah waktu yang cukup untuk meraih kesuksesan ekonomi sebuah negara. Malaysia, negara Islam modern dan dinamis, yang usia kemerdekaannya lebih muda 12 tahun dari Indonesia telah mencanangkan menjadi negara maju pada tahun 2020. Rasulullah SAW beserta sahabatnya dalam waktu singkat sukses merubah perekonomian kota Madinah menjadi perekonomian yang penuh keadilan dan sejahtera. Bagaimana wajah 66 tahun kemerdekaan ekonomi Indonesia?

Tahun 2011 penguasaan/kepemilikan asing kurang lebih pada sektor pertambangan mencapai 75%, sektor perbankan 47,02%, industri telekomunikasi 24-95%. Fakta lain yang sungguh ironis adalah, ada sebuah perusahaan asal Singapura menguasai 85 ribu hektar perkebunan sawit di Indonesia, sementara luas negara Singapura sendiri kurang dari 70 ribu hektar (Sumber Kompas, 25 Mei 2011). Kebutuhan pokok pangan seperti beras, kedelai, gula, daging sapi garam masih pula diperoleh dengan cara mengimpor. Cicilan hutang pokok plus bunga yang dibayar dalam 6 tahun terakhir adalah 877,633 triliun (SD-IGJ, 2010), lebih besar dari APBN 2007 dan melebihi seluruh pendapatan dari pajak setahun.

Biaya, waktu dan energi untuk merintis mengurangi ketergantungan pada asing, serta resistensi dari sebagian kecil pihak yang diuntungkan dari kegiatan impor/kepemilikan asing, tentulah tidak seberapa besar dibanding dengan manfaat dan keberkahan yang diperoleh dalam jangka panjang jika pemenuhan kebutuhan tersebut bisa diproduksi sendiri. Produk-produk/kepemilikan lokal selain akan memberi efek penciptaan lapangan kerja bagi 8,12 juta orang pengangguran (BPS, 2011), juga memberikan manfaat lain bagi kedaulatan dan martabat bangsa. Adapun adanya kenyataan lebih murah, lebih praktis dan lebih mudah pada produk impor/kepemilikan asing janganlah mengecoh Indonesia untuk terus bertahan menjadi sasaran empuk produk/kepemilikan asing, sebab hal itu tidak akan berhasil memenuhi substansi kebutuhan sebuah negara berdaulat.

Negara akan mudah terjebak dalam berbagai musibah ekonomi jika produk/kepemilikan asing telah mendominasi. Diantara musibah ekonomi adalah melemahnya basis-basis produksi dan produktifitas sektor riil sehingga pembangunan ekonomi memiliki kualitas yang rendah karena mengandalkan sektor konsumsi yang sebagian besar merupakan produk asing. Musibah serius lainnya adalah besarnya kerusakan lingkungan, bagaimanapun pihak asing yang menguasai hutan dan perkebunan Indonesia tidak akan sepenuhnya memiliki rasa tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan negara lain, apalagi memikirkan kepentingan generasi penerus negara orang. Musibah memilukan lainnya adalah beban berat yang harus dipikul jutaan warung-warung kecil dan para pedagang di pasar-pasar tradisional di seluruh pelosok tanah air akibat menjamurnya hypermarket dan supermarket yang mayoritas di dalamnya terdapat kepemilikan asing.

Akibat lilitan utang, Indonesia menjadi sangat mudah jatuh dalam tekanan asing, khususnya dalam penyusunan UU dan kebijakan-kebijakan strategis pemerintah. Melalui UU dan kebijakan yang telah tertawan itulah intervensi asing sangat mudah masuk.

Sistem ekonomi neoliberalis yang mengedepankan perdagangan bebas, spekulasi valas, pasar dan komoditas serta privatisasi layanan masyarakat memberikan kontribusi besar kepada wajah perekonomian Indonesia dan dunia hingga menjadi seperti saat ini. Sepanjang abad 20 telah terjadi lebih dari 20 Krisis ekonomi di negara-negara kapitalisme dan para pengikut setianya (Davies, 1996).

Berikut ini akan diuraikan secara singkat, pengaturan perekonomian negara dalam perspektif prinsip ekonomi syariah yang bisa menjadi hikmah. Indikator kesuksesan perekonomian sebuah negara dalam Islam tidak hanya ditentukan oleh pendapatan per kapita, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan fisik saja, namun juga ditentukan oleh ada/tidaknya keadilan dalam kesejahteraan masyarakat, dan keadaan keimanan penduduknya yang tercermin pada keadaan moral, etika dan performa sektor sosial atau ketaatan penduduk dalam membayar ZIS.

Kebijakan dasar perekonomian negara adalah melalui mekanisme zakat dan pelarangan riba. Dalam perspektif Islam, jika semua kegiatan usaha dipaksa mengikuti laju suku bunga maka akan terjadi ekploitasi peserta ekonomi yang lemah oleh peserta yang lebih kuat yang akan menyuburkan spekulasi, inflasi dan menumpuknya harta pada sekelompok orang. Karena itulah sistem ekonomi negara harus selalu mengintegrasikan sektor moneter dengan sektor riil sebagai konsekuensi dilarangnya riba, gharar (ketidakjelasan) dan spekulasi.

Kebijakan pemerintah secara umum dalam perekonomian Islam adalah mengoptimalisasi sektor sosial dan institusi penunjang pasar. Perekonomian Islam sangat mendukung kegiatan bisnis/perdagangan, mengedepankan produktivitas dalam pertumbuhan sektor riil yang berbasis halal-haram dan manfaat-mudarat dengan basis transaksi jual beli, sewa menyewa dan bagi hasil. Optimalisasi institusi pasar akan menghidupkan basis-basis produksi, meningkatkan produktifitas, menekan inflasi, membuka lapangan kerja, menekan kemiskinan dan menjadikan produk asing hanya sebagai mitra/pelengkap saja. Optimalisasi sektor sosial akan memberikan rasa tentram dan aman kepada rakyat.

Terkait sumber daya yang menyangkut hajat hidup orang banyak dalam sebuah negara, Rasulullah Saw bersabda: “Manusia berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api” (HR Ibnu Majah). Jadi penguasaan sumber daya alam oleh kelompok saja tidak diperbolehkan apalagi oleh kelompok asing yang manfaat terbesarnya tidak jatuh ke tangan rakyat.

Dengan mekanisme yang konsisten tersebut selama pemerintahan Islam berjaya tidak ditemukan adanya krisis ekonomi yang serius dan terjadi berulang. Prinsip ekonomi Islam terbukti pula sangat mendukung nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia terkait penegakkan nilai amanah untuk mengoptimalkan terlebih dulu segala sumber daya terdekat yang telah dikaruniakan Allah Swt. Adam Smith (1776), yang dianggap sebagai bapaknya ekonomi kapitalis, menganggap bahwa contoh terbaik masyarakat berperadaban tinggi yang kuat secara ekonomi dan politik adalah masyarakat Arab (Madinah) di bawah pimpinan Muhammad.

Para pendiri bangsa ini mungkin tidak pernah menduga di usia 66 tahun kemerdekaan, Indonesia belum sepenuhnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam bidang ekonomi, jumlah orang miskin mencapai 30,02 juta orang (BPS, Maret, 2011) dan maraknya kasus KKN dan kiriminalitas. Namun tak ada kata terlambat, Rasulullah SAW, para sahabat dan masyarakat Madinah telah memberi inspirasi yang gemilang. Mereka berhasil membenahi perekonomian Madinah yang telah ratusan tahun dikuasai riba, ketidakadilan dan carut marutnya perilaku masyarakat menjadi kota dengan peradaban tinggi yang diakui dunia sepanjang masa.

Penulis adalah akademisi dan pemerhati ekonomi syariah (sumber: Republika)

Selamat Idul Fitri

Keluarga Besar Pesantren Ekonomi Islam "MULTAZAM"
mengucapkan:

تقبل الله منا ومنكم , كل عام وأنتم بخبر

Selamat Hari Raya Idul Fitri

Minal Aidin wal Faizin - Mohon Maaf Lahir & Batin

Acara Bazzar Dimeriahkan Demo Membuat Bakso dan Mie

Bogor - Pesantren Terpadu Ekonomi Islam MULTAZAM untuk kedua kalinya mengadakan Bazar Pakaian Murah pada bulan Ramadhan ini untuk masyrakat sekitar pesantren pada Jumat 19/08/11. Bazar ini diadakan dalam rangka menyambut hari raya idul fitri. Pakaian layak pakai dijual antara Rp.1000 hingga Rp. 5000.

Untuk bazar tahun ini dimeriahkan juga oleh demo pembuatan bakso dan mie ayam. Acara ini diprakarsai oleh dua wali santri yang kebetulan berprofesi sebagai pembuat dan penjual bakso dan mie. Para santri pun ikut mencoba membuat bulatan-bulatan bakso dan memasaknya di panci besar. Sementara mie langsung dibuatkan oleh pemilikinya. Saat buka puasa tiba, para santri dan walisantri pun menikmati hidangan mie bakso dengan lahap.

Sementara itu, bazar pakaian murah sudah dikerumuni warga yang ingin membeli pakaian yang masih bagus. Tidak terkecuali warga Tionghoa dan non muslim yang tinggal di kampung Parigi ikut menikmati Bazzar tersebut.

Metro Departemen Store Ke Pesantren Multazam

Bogor- Senin 15 Agustus 2011, Metro Departemen Store dan Rumah Zakat datang mengunjungi Pesantren Ekonomi Islam Multazam dalam rangka "Berbagi Kebahagiaan" kepada santri dan masyarakat setempat.

Dalam kunjungan itu mereka membawa 300 paket bingkisan lebaran untuk dibagikan kepada kaum dhuafa dan masyarakat sekitar pesantren. Setiap paket berisi 5 kg beras, 1/2 kg gula putih, 1 minyak sayur Sania dan 10 bungkus mi instan.

Rombongan tiba pukul 12.00 yang disambut oleh pengasuh Pesantren KH. Muhammad Jamhuri. Usai sholat zuhur, bingkisan paket langsung dibagikan kepada masyarakat dari empat RT, serta para guru SDN Malahpar dan guru pesantren.

Dalam sambutannya, KH. Muhammad Jamhuri menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rumah Zakat Metro Departemen store yang datang jauh-jauh dari Jakarta ke tempat ini meskipun akses jalannya yang masih sulit karena kondisi jalan yang masih rusak.

Sementara itu, Harry, mewakili Metro Departemen Store, menyampaikan sambutan bahwa program ini merupakan bentuk kepeduliaan perusahaan dan para pelanggannya. Metro Departemen Store adalah pasar swalayan yang menjual berbagai jenis fashion.

Para penerima bingkisan mengaku senang mendapat bingkisan lebaran secara cuma-cuma tersebut, seperti yang diungkap Bapak jaro, "Keberadaan pesantren membawa berkah buat warga".

Pesantren Multazam Menerima Bantuan 1 Unit Jenset

Bogor - Pesantren Multazam menerima bantuan satu unit jenset dari salah seorang tokoh Tangerang bernama Andre. Jenset yang bermerek Honda berkekuatan 7000 pk itu diserahkan oleh Bapak Imam yang juga wali santri pada Ahad 31/7/11.

Dalam serahterima sumbangan itu, pengasuh pesantren KH. Muhammad jamhuri beraharap semoga jenset ini berguna bagi para santri, karena di daerah pesantren sering mati listrik jika datang hujan atau petir. "Semoga Allah selalu menerangi jalan hidup orang yang bersedekah ini sebagaimana jenset ini dapat menerangi para santri" tutur Jamhuri.

Sumbangan jenset dari Bapak Andre pernah mencuat saat beliau bertemu dengan pengasuh pesantren di Madinah saat melaksanakan ibadah umroh. Niat suci ditempat yang suci kini sudah terealisasi. Semoga Allah membalas kebaikannya.

Tarhib Ramadhan di Pesantren Multazam


Bogor
- Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, Pesantren Terpadu Ekonomi Islam MULTAZAM telah mengadakan acara TARHIB RAMADHAN (Sambut Ramadhan). Acara yang bertemakan "Tiada Hari Tanpa Membaca al-Qur'an" itu diisi dengan berbagai acara, di antaranya Takbir Akbar dan Pawai Santri.

Takbir Akbar yang diselenggarakan pada Sabtu 30/7/11 diikuti oleh para wali santri dan penduduk sekitar. Tampak masjid tempat dilangsungkannya acara dipenuhi para jamaah. Hadir memberikan taushiyah pada acara tersebut Ustzh Kinkin Annida (dari Serpong), Ustzh H. Yayah (dari Temanggungan), KH. Muhammad Jamhuri Lc, MA (selaku pengasuh pesantren). Hadir pula ketua BKMT kecamatan Rumpin Ustzh. Rowiyah.

Baik ustzh Kinkin Annida maupun Ustzh. Yayah menekankan pentingnya pendidikan bagi putera-puteri, sebagai bekal masa depan mereka. Keduanya juga menekankan bekal ilmu dalam menghadapi bulan Ramadhan agar pahala puasa tidak batal.

Esok harinya (Ahad 31/7/11) didakan pawai santri menyusuri kampung Parigi yang berada di sekitar pondok pesantren. Dalam yel-yel nya para santri mengajak masyarakat untuk menyambut datangnya bulan Ramadahan dan mengisinya dengan ibadah. Selain itu, mereka pun menyebarkan jadwal imsakiyah Ramadhan.

Beasiswa Belajar di Pesantren Multazam

Bersama ini, Pesantren Terpadu Ekonomi Islam "MULTAZAM" memberikan beasiswa kepada calon santri berprestasi tidak mampu (dhuafa atau yatim) untuk belajar di pesantren tersebut (Tingkat Tsanawiyah) Th Ajaran 2011-2012 , dengan ketentuan sebagai berikut:

Syarat mendapat beasiswa:
1. Lulus SD/MI/sederajat.
2. Surat Keterangan tidak mampu dari kelurahan/desa

Beasiswa berupa:
1. Bebas biaya sekolah, asrama dan makan
2. bebas biaya pendaftaran

Beasiswa tidak termasuk:
1. Alat belajar (buku tulis, pena, dll)
2. buku bacaan (akan dipinjamkan sementara hingga mendapat donator akan digratiskan)
3. Alat perlengkapan pribadi
4. Biaya ujian semester
5. Uang saku

Kami pun mengundang Bapak/Ibu/Sdr yang siap menjadi orang tua asuh untuk santri tidak mampu/yatim untuk mengulurkan tangannya membantu mereka. Jazakumullah

Keterangan lebih lanjut, hubungi: 08121978117, 081382297785, 085717758778 atau klik
http://ptei-multazam.blogspot.com

Kedatangan Rombongan Ibu Pengajian Dari Tangerang ke Pesantren Multazam

Bogor - Rombongan Pengajian Ibu-ibu atau yang dikenal Kelompok Halaqoh Ummahat (KHU) berkunjung ke Pesantren Terpadu Ekonomi Islam MULTAZAM pada hari Selasa, 17 Mei 2011 yang lalu. Ikut serta dalam rombongan sebanyak empat mobil itu, suami dan anak-anaknya.

Kedatangan mereka disambut oleh umi Ratna Sari, isteri pengasuh pesantren. Rasa melepas rindu pun terlihat saat mereka bertemu. Karena sebelumnya, sebagian mereka adalah juga teman-teman lama saat tinggal di Tangerang.

Mereka terharu dengan kondisi lingkungan pesantren yang membutuhkan pengorbanan besar dan kesabaran. Hingga sepulang dari kunjungan, ada yang membuat profil di BlackBerry nya dengan profil @multazam boarding school. Ada pula yang akan mempromosikan pesantren ke komite sekolah tempat anaknya sekolah SD saat ini. Subhanallah....

Santri Multazam Kunjungi Islamic Book Fair


Jakarta - Ahad, 13 Maret 2011 para santri Pesantren Terpadu Ekonomi Islam (PTEI) Multazam mengunjungi Islamic Book Fair di Istora Senayan Jakarta. Dengan mengendarai dua mobil Xenia para santri dan guru antusias mengikuti acara kunjungan tersebut.

Berangkat dari pesantren pukul 07.30 dan tiba di tempat acara pukul 09.00 tepat saat dibukanya gedung Istora tempat pameran buku Islam diadakan, yang hari itu merupakan hari terakhir pameran buku Islam setelah sepuluh hari berlangsung.

Para santri Multazam kebanyakan membeli kamus. Baik kamus Ibahasa nggris maupun bahasa Arab. Hal itu dikarenakan mulai berjalannya disiplin berbahasa Arab dan Inggris dalam percakapan sehari-hari di pesantren sehingga dengan kamus itu dapat memperkaya dan memudahkan mereka dalam berbicara dengan dua bahasa asing itu.

Sekitar pukul 14.00 para santri kembali ke pesantren mereka, dan tiba di pesantren sore hari.

Peringatan Maulid di Pesantren Multazam


Bogor- Sabtu, 5 Maret 2011 lalu, Pesantren Terpadu Ekonomi Islam MULTAZAM mengadakan Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Acara yang bertema "Meneladani Rasulullah saw, Menjadi Umat yang Maju" itu dihadiri oleh para tokoh masyarakat seperti Kepala Dusun (Kadus), Jaro (ketua RW) dan beberapa ketua RT di sekitar kampung Parigi. sedangkan camat dan lurah berhalangan hadir.

Meski sepanjang acara diguyur gerimis dan hujan, namun para jamaah dan warga datang menghadiri acara sejak pukul 7.30. Acara dimulai dengan pembacaan tahlil dan shalawat Barzanji oleh pengajian kaum ibu, kemudian dilanjutkan dengan penampilan grup Marawis Multazam yang baru dibentuk dua pekan lalu. Kemudian diisi dengan Tilawah Quran dan sambutan-sambutan.

Dalam sambutannya, Kepala Dusun mendukung segala program pendidikan di Pesantren Multazam, dan menganjurkan warganya untuk menyekolahkan anaknya di pesantren ini. Hal senada juga disampaikan oleh pak Jaro, yang bersyukur adanya pesantren besar di tengah kampung terpencil.

Sedangkan hikmah maulid diisi oleh da'i cilik Muhammad fauzi Azhar yang menganjurkan para jamaah agar mendidik anaknya berbuat baik kepada orang tua (birrul walidain). Penceramah berikutnya adalah Prof.Dr. KH.Syukron Makmun yang menekankan pentingnya merobah pola pikir umat Islam sekarang. "Jika dahulu orang tidak berpendidikan dan masih bisa makan itu wajar karena tanah dan tanamannya banyak dan mereka masih bisa makan, namun sekarang ini anak-anak bapak dan ibu harus belajar dan berilmu, karena tidak banyak orang sekarang mempunyai lahan tanah yang luas, sehingga nanti anak kita akan sulit hidup tanpa bekal ilmu yang cukup." tambah beliau.

KH. Syukron Makmun juga menekankan perlunya belajar agama Islam dengan benar, sebab zaman sekarang banyak orang terpengaruh dengan ajaran sesat lantaran tidak punya pengetahuan agama sehingga terbawa arus.

Secara pribadi beliau terkesan, karena jalan menuju pesantren bisa dianggap pengalaman baru. "Perjalanan ke pesantren ini menambah pengalaman baru dalam hidup saya" katanya di sela-sela ceramahnya.

Outbound di Pesantren Multazam

Pada hari Ahad 20 Pebruari 2011, telah diadakan kegiatan outbond di lingkungan Pesantren Terpadu Ekonomi Islam MULTAZAM. Acara yang dikemas dengan OUTBOND CERIA itu diikuti oleh para pelajar SD kelas 5 dan 6 serta pelajar SMP dan SMA dengan jumlah peserta 106 orang.

Berbagai keterampilan leadership dan kepercayaan diri dikemas dalam beragam game, di antaranya flyingfox. Para pelajar antusias mengikuti acara outbond ini. Hal itu terlihat dengan membengkaknya jumlah peserta yang semula diprediksi 80 orang menjadi 109 orang.

Acara outbond ditutup dengan sambutan dari pengasuh pesantren Multazam KH. Muhammad Jamhuri. dalam sabutannya beliau menekankan perlunya semangat hidup, semangat belajar, semangat bekerja, dan semangat menatap masa depan. "Dengan outbond inilah, kalian bisa belajar menghadapi tantangan dan selalu optimis bahwa segala masalah akan dapat diselesaikan". tambahnya.

Para Santri Mendapat Pelatihan Membuat Bakso

Multazam - Bogor. Tepat tanggal 12 Rabiul Awwal/15 Pebruari 2011 saat libur sekolah, para santri Pesantren Terpadu Ekonomi Islam MULTAZAM mendapat pelatihan cara membuat bakso. Meski pada hari itu sekolah liburan, namun para santri tetap mendapatkan ekskul berupa pelatihan membuat dan memasak bakso.

Pelatihan membuat bakso ini sesuai dengan misi Pesantren, agar para santri memiliki jiwa entreperneusip (kewirausahaan). Sebelumnya, para santri pun diajarkan membuat pajangan kaligrafi dengan bahan cat dan pigura.

Pelatihan membuat bakso disampaikan langsung "praktisi bakso" yaitu Bapak Shodiqin yang merupakan salah satu wali santri. Adapun Keistimewaan bakso Pak Shodiqin adalah baksonya yang bebas dari bahan pengawet, bahan kimian (borak)dan bahan pengenyal, serta mitcin. Meski bakso tanpa campuran kimia, namun banyak pelanggannya yang loyal. bahkan beberapa pelanggannya yang sudah pindah ke luar Jawa, saat berkunjung ke Jakarta, dia harus menyempatkan singgah di kios bakso Pak Shodiqin yang terletak di Pondok Aren.

Pelatiahan disampaikan mulai dari bahan baku baso, bahan baku kuah baso, hingga membuat bakso yang berbentuk bulat serta membuat kuah bakso.

Setelah bakso jadi, bakso pun dinikmati oleh para santri, dan tidak tersisa sedikitpun karena cita rasanya yang enak.

UNDANGAN PERINGATAN MAULID NABI SAW

Asslamu'alaikum Wr. Wb.
Pesantren Terpadu Ekonomi Islam MULTAZAM mengundang kepada segenap umat Islam untuk menghadiri acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang insya Allah akan diselenggarakan pada:

Hari/ Tanggal : Sabtu, 5 Maret 2011M/30 Rabiul Awwal 1432 H
Waktu : Pukul 09.00 wib- selesai
Tempat : Pesantren Terpadu Ekonomi Islam MULTAZAM
Kp. Parigi Desa Sukamulya Kec. Rumpin, Kab. Bogor

Penceramah :

DR.KH. SYUKRON MA'MUN (PP Daarul Rahman Jakarta)
MUHAMMAD FAUZI AZHAR (Da'i cilik)

Demikian undangan ini disampaikan, atas perhatian dan kehadirannya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr. wb.

KH. MUHAMMAD JAMHURI, Lc, MA
Pengasuh Pesantren

Launching Berbahasa Arab dan Inggris

Sebagai tanda dimulainya penerapan bahasa Arab dan inggris bagi para santri, Pesantren Terpadu Multazam mengadakan Launching dimulainya penggunaan bahasa Arab dan inggris dalam percakapan sehari-hari pada Ahad 7 Januari 2011.

Acara yang menggunakan bahasa Arab dan Inggris terbut diisi dengan sambutan dari santri yang diwakili oleh Nabila Fitria dan pengasuh Pesantren H. Muhammad Jamhuri. Acara juga diisisi penampilan puisi dua bahasa oleh Ust. Sibli.

Sebagai tanda persemian dimulainya berbahsa Arab dan Inggris dalam lingkungan pesantren, pengasuh pesantren menggunting pita dan diikuti pesta kembang api sehingga membuat acara semakin meriah. hal itu terlihat dengan hadirnya para penduduk sekitar yang ingin menyaksikan acara peresmian bahasa tersebut.

Acara diakhiri dengan pemutara film 2012 yang menggunakan bahasa Inggris dan teks terjemahnya dengan bahasa Arab.

Pendaftaran Santri Baru Tahun Ajaran 2013-2014

PESANTREN TERPADU EKONOMI ISLAM "MULTAZAM" menerima pendaftaran santri baru (Tsanawiyah dan Aliyah) tahun ajaran 2013-2014 M

SYARAT PENDAFTARAN
· Lulusan SD/SDIT/MI untuk calon santri Tsanawiyah
- Lulusan SMP/SMPIT/MTs untuk calon santri Aliyah
· Mengisi Formulir Pendaftaran
· Siap mengikuti tes seleksi, tinggal di asrama dan membayar biaya pendidikan

Waktu dan Tempat Pendaftaran:
Gelombang I : Tgl 1 Januari - 30 Mei 2013
Gelombang II : Tgl 1 Juni - 7 Juli 2013

Tempat Pendaftaran:
· Pesantren Ekonomi Islam Multazam, Kp Parigi Desa Sukamulya Kec.Rumpin Kab. Bogor, telp. 02197535864, 081382297785, 08121978117
· Sekretariat Yayasan Multazam, Jl. Bahagia KS. Tubun No, 45 Pasar Baru, Kota Tangerang, Telp. 02191468238, 0215582107

BIAYA PENDAFTARAN:

Uang Pangkal (infaq gedung) Rp. 500.000,- (sekali bayar)
Biaya Buku Raport Rp. 100.000,-(sekali bayar)
Biaya asrama /tahun Rp. 120.000,-(pertahun)
Biaya lemari Rp. 220.000,-(sekali bayar)
Biaya SPP Rp. 100.000 (perbulan)
Biaya Makan  Rp. 250.000,- (perbulan)
Biaya Orientasi Santri Rp. 50.000,- (sekali bayar)
Biaya Kegiatan Ekskul Rp. 200.000,-(pertahun)
,-_________________
T o t a l       Rp.1.490.000,-

Catatan:
· Biaya tersebut belum termasuk buku paket, seragam batik, dan seragam olah raga.
· Biaya Perbulan (SPP, Makan,): Rp.350.000,-
· Biaya Laundry/setengah tahun: Rp. 360.000,-

BIAYA FORMULIR DAN PERLENGKAPAN

Uang Formulir Rp. 50.000
Uang Seragam Batik Rp. 100.000
Uang Seragam Olah raga Rp. 110.000
Uang Baju Gamis (putera) Rp 100.000
Uang Paket Buku dan Kitab Rp. 450.000 (untuk santri Tsanawiyah), Rp. 650.000,-(untuk santri Aliyah)
Uang Laptop/Notebook (khusus untuk santri Aliyah) Rp. 2.500.000