Bogor - Gerhana matahari yang terjadi Jum'at 10 Mei 2013 pukul 06.00-06,30 disikapi oleh Asatidz dan santri Pesantren Terpadu Ekonomi Islam Multazam dengan mendirikan shalat sunnah kusuf (gerhana matahari) sebagaimana yang diterangkan oleh Nabi saw dan para ulama.
Sebelum dilaksanakan shalat, pengasuh pesantren Multazam memberikan arahan kepada para santri tentang kedudukan shalat gerhana, hukum, hikmah serta tata caranya. Salah satu hikmah shalat gerhana adalah penyikapan terhadap fonemana alam yang harus sesuai dengan syariat Islam. Banyak mitos di masyarakat yang tidak sesuai dengan syariah Islam. Di antaranya mitos bahwa matahari sedang di telan raksasa Buto Ijo, atau mengaitkan gerhana dengan kematian seseorang atau lainnya. Padahal gerhana adalah fenomena alam dan merupakan tanda-tanda kebesaran Allah swt. Oleh karena itu petunjuk Nabi saw memerintahkan kita untuk shalat gerhana.
Pengasuh pesantren KH. M. Jamhuri menambahkan, bahwa dalam shalat gerhana terdapat dua kali ruku' pada setiap rakaatnya. Apa filosofinya? filosofinya adalah bahwa letak matahari, bulan dan bumi saat terjadi gerhana adalah lurus sejajar yang jika ditarik seperti garis lurus yang berarti membentuk sudut 180 derajat. Hal ini sama dengan jumlah dua kali ruku', sebab saat seseorang ruku', maka dia telah membentuk sudut 90 derajat. Nah, jika dua kali ruku' maka berarti 90 X 2 = 180 derajat.
Shalat dimulai pada pukul 06.05 dan berakhir pukul 06.30.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar