Berfose dengan Penulis dan Hoca Hasbi (Turki) |
Bersama koleganya, Hoca (ustaz) Habi Sen dari Turki, beliau membedah novel 'Api Tauhid' yang telah dicetak ulang sebanyak 20 kali itu. Hoca Hasbi adalah warga Turki yang ikut berperan dalam penyusunan novel tersebut, terutama saat mengantar penulis dalam napak tilas ke tempat-tempat yang pernah menjadi saksi sejarah perjuangan tokoh ulama Turki Badiuzzaman Said Nursi yang banyak diceritakan dalam novel Api Tauhid tersebut.
Dihadiri 850 santri dan undangan |
"Selain itu, menurutnya dengan menulis, nama kita akan lebih panjang dari usia kita. Sebut saja seperti Imam Bukhori dan Imam Nawawi yang menulis kitab-kitabnya yang masih digunakan hingga saat ini, banyak disebut orang Qola al-Nawawi (berkata Imam Nawawi) atau rowahul Bukhori (diriwayatkan Imam Bukhori). Nama mereka masih disebut meskipun orangnya sudah wafat". Tambahnya
Habiburrohman El-Shirozy juga mengungkapkan rahasia penulisan bukunya yang mengandung sejarah tersebut agar tidak bosan dibacanya, maka disampaikan melalui bentuk novel dengan kisah percintaan orang di zaman sekarang, namun membawa pembaca mengenang sejarah ulama dan pejuang Turki yang bernama Badiuzzaman Said Nursi.
Ketika ditanya, apakah gambar sampul dalam buku Api Tauhid itu adalah wajah asli Said Nursi? Beliau dan Hoca Hasbi sama menjawab, bahwa ya, itu wajah yang medekati wajah sebenarnya Said Nursi, dan gambar itu diambil dari salah satu foto yang diambil oleh wartawan pada masa itu. Jarangnya ditemukan foto beliau karena beliau temasuk orang yang tidak suka difoto atau memfoto diri. Sehingga jarang ditemukan foto atau gambar beliau.
Hadir dalam acara itu penulis buku dan novel asal Tulung Agung Gus Yudi, "Saya rindu sudah lama tidak bertemu dengan Ustdaz Habibirrohman El-Shurizy". Ungkapnya alasan beliau hadir. Hadir pula para santri dan guru undangan dari pesantren dan sekolah/madrasah.
Selain itu hadir pula Penerbit Republika, penerbit nove-novel karya Ustadz Habiburrohman El-Shirozy, seperti Ayat-Ayat Cinta 1dan 2, Ketika Cinta Bertasbih, Suluh Rindu, Api Tauhid, Pudarnya Pesona Cleopatra dan lain-lain.
Juga Penerbit Risalah Nur Press yang banyak menerbitkan karya-karya Badiuzzaman Said Nursi dalam berbagai bahasa ikut hadir dalam acara tersebut.
Tentang Penulis Habiburrahman El-Shirazy
Menurut Wikipedia, Habiburrahman El Shirazy, (lahir 30 September 1976), adalah novelis Indonesia. Selain novelis, sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir ini juga dikenal sebagai sutradara, dai, penyair, sastrawan, pimpinan pesantren, dan penceramah. Selain di Indonesia, karya-karya Habiburrahman sudah dikenal di mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, Taiwan, Australia, dan Amerika Serikat. Di antara karya-karyanya yang telah beredar di pasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (telah dibuat versi filmnya, 2008), Di Atas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (Desember, 2007) Dalam Mihrab Cinta (2007), Gadis Kota Jerash (2009), Bumi Cinta, (2010) dan The Romance. Kini ia sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, Bulan Madu di Yerussalem, Bumi Cinta, Api Tauhid, dan Ayat-Ayat Cinta 2 yang sedang dimuat bersambung di Harian Republika.
Habiburrahman memulai pendidikan menengah di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke kota budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995[1]. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma (Pg.D) S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri.
Ketika menempuh studi di Kairo, Mesir, Habiburrahman pernah memimpin kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Yurisprudensi dan Kajian Pengetahuan Islam) di Kairo (1996-1997). Pernah terpilih menjadi duta Indonesia untuk mengikuti "Perkemahan Pemuda Islam Internasional Kedua" yang diadakan oleh WAMY (The World Assembly of Moslem Youth) selama sepuluh hari di kota Ismailia, Mesir (Juli 1996). Dalam perkemahan itu, ia berkesempatan memberikan orasi berjudul Tahqiqul Amni Was Salam Fil ‘Alam Bil Islam (Realisasi Keamanan dan Perdamaian di Dunia dengan Islam). Orasi tersebut terpilih sebagai orasi terbaik kedua dari semua orasi yang disampaikan peserta perkemahan tersebut. Ia pernah aktif di Majelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Orsat Kairo (1998-2000). Pernah menjadi koordinator Islam ICMI Orsat Kairo selama dua periode (1998-2000 dan 2000-2002). Ia pernah dipercaya untuk duduk dalam Dewan Asaatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama yang berpusat di Kairo dan sempat memprakarsai berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP) serta Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Kairo.