Menyambut Ramadhan dengan Belajar Dari Sang Pewakaf

“Almarhum H. Waisul Kurni dikenal hidup sederhana, murah senyum, baik hati, saleh, cinta ulama dan mengutamakan ilmu daripada harta”

Demikian salah satu isi sambutan yang disampaikan Pengasuh Pesantren Terpadu Ekonomi Islam Multazam KH. Muhammad Jamhuri pada acara Tarhib Ramadhan dan Haul Almarhum H. Waisul Kurni di komplek pesantren pada 15 Juni 2012 yang lalu.

Jamhuri memamaparkan, bahwa salah satu sikap yang perlu ditauladani dari beliau adalah beliau mengutamakan ilmu daripada harta. Meskpun almarhum dikenal pada masanya berasal dari kalangan keluarga yang punya, almarhum lebih mengutamakan ilmu daripada harta. Hal itu terlihat saat ditawarkan oleh orang tuanya sebuah toko emas untuk dikelolanya di kawasan Pasar Anyar Tangerang, akan tetapi beliau justru memilih melanjutkan studinya, yakni kuliah di perguruan tinggi Islam, hingga beliau selesai menjadi sarjana muda.

Hal ini sama dengan prinsip Saidina Ali bin Abu Thalib, saat ditanya, manakah yang lebih utama, harta atau ilmu? Beliau menjawab, “Ilmu lebih utama daripada harta.” Sebab, menurut Ali, ilmu adalah yang melindungimu sedangkan harta, engkaulah yang melinudunginya. Ilmu juga adalah warisan para Nabi sedangkan harta adalah warisan Qorun. Harta, jika engkau belanjakan maka ia akan habis, sedangkan ilmu jika diberikan pada orang akan semakin melekat dan bertambah.

Buah dari pilihan terbaik yang diambil almarhum adalah hidupnya berkah dan bermanfaat, hingga dapat mewakafkan tanahnya untuk pendirian pesantren ini.

Sifat lain yang dapat diambil tauladan dari beliau adalah kesalehannya. Beliau adalah orang yang taat beragama dan istiqomah menjalankannya. Buah dari kesalehannya itulah, Allah memberkahi anak keturunannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt saat menceritakan dialog antara Khidr dan Nabi Musa as dalam surat Al-Kahfi. Saat itu nabi Musa terheran mengapa Khidr menegakkan tembok yang sudah hancur padahal kaumnya tidak menyambut mereka?. Khidr menjelaskan, “Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya “ (QS. Al-Kahfi: 82). Ayat ini menjelaskan, bahwa salah satu sebab Allah menjaga harta kedua anak yatim itu adalah karena ayahnya orang yang shaleh.

Oleh sebab itu, “jadilah kita orang tua-orang tua yang shaleh, maka insya Allah masa depan anak-anak kita akan dijaga oleh Allah swt.” Jelas Jamhuri pada acara Haul tersebut.

Sifat lain yang dapat diambil tauladan adalah bahwa almarhum  dikenal cinta pada ulama. Tentu saja sikap ini lahir karena kecinbtaannya kepada ilmu. Oleh sebab itu, beliau pun mencintai orang-orang yang berilmu dari kalangan ulama.

Acara Tarhib Ramadhan dan Haul Al-Waqif al-Maghfrulah H. Waisul Kurni dihadiri oleh para santri, wali santri dan warga kampung Parigi serta kampung Temanggungan dan Tangerang.

Sehari sebelumnya, acara diisi dengan pembacaan surat Yasin, khotmul Qur’an dan doa untuk almarhum H. Wasiul Kurni.

Acara juga diisi dengan tausiyah yang disampaikan oleh ustazah Elly dari kampung Cikandang. Beliau selain menekankan kembali tentang pentingnya mengambil tauladan dari almarhum, beliaupun menghimbau warga agar menyekolahkan putera-puterinya di pendidikan agama. Sambil mengutip sebuah hadits, “Jika anak Adam wafat, maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya.”#