Shalat Gerhana di Pesantren Multazam: Ini 4 Hikmah Fenomena Gerhana

Khutbah Shalat Gerhana
Bogor – Pesantren TEI Multazam mengadakan shalat gerhana bulan pada Rabu malam 26/5/2021 bakda shalat maghrib. Shalat gerhana bulan itu diadakan di masing-masing kampus 1 dan kampus 2.

Bertindak sebagai Imam di kampus 1, ustadz Lutfhi Rosyadi al-Hafizh dan khotib KH. Muhammad Jamhuri. Sedangkan di kampus 2, bertindak sebagai imam sekaligus khatib Ustadz H. Abdul Haris Nasuition al-Hafizh. Sebelum dilaksanakan shalat gerhana, para jamaah yang terdiri dari para santri diberi edkukasi ringkas tentang tata cara shalat gerhana.

Dalam khutbahnya, KH. Muhammad Jamhuri menyampaikan 4 (empat) hikmah dari fenomena gerhana:

Pertama, gerhana mengingatkan akan kebesaran kuasa Allah swt. Jika para polisi yang mengatur kendaraan agar tidak bertabrrakan masih juga terjadi peristiwa tabrakan, maka Allah swt Maha Kuasa mengatur lalu lintas peredaran planet-planet yang jumlahnya milyaran namun tetap teratur rapi. Allah swt berfirman: “Dan matahari beredar pada prorosnya. itulah takdir (kekuasaan) Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui” (QS. Yasin)

Kedua, fenomena gerhana membuat kita merasa sebagai makhluk lemah dan tidak ada yang pantas disombongkan. Betapa manusia hidup di planet bumi yang ukurannya lebih kecil dari matahari. Jika diibaratkan matahari sebesar bola basket, maka bumi hanya sebesar klereng. Lalu sebesar apa milyaran manusia yang hidup di atas bumi yang hanya sebesar kelereng? kita kecil dan tak pantas sombong. Yang Maha Besar hanyalah Allah swt. Oleh sebab itu setiap gerakan sholat kita sering menyebut “Allahu Akbar”. Allah-lah Yang Maha Besar.

Edukasi Tata Cara Shalat Gerhana Bulan
Ketiga, fenomena gerhana memicu dan memacu umat Islam untuk mempelejari segala ilmu. Termasuk di antaranya adalah ilmu falak atau astronomi. Ulama-ulama abad keemasan dahulu, selain faqih, hafizh dan alim, mereka juga mengerti tentang ilmu astronomi, sosiologi, kedokteran, matematika, fisika, kimia dan lain-lain. Suatu tradisi ilmiah yang mulai dilupakan generasi zaman sekarang.

Keempat, fenomena alam mendorong kita untuk selalu bersikap ilmiah dan mengkaitkannya dengan Allah swt. Bukan dengan khurrofat dan takhayyul. Misalnya orang dahulu berkata bahwa gerhana disebabkan bulan atau matahari sedang ditelan oleh raksasa Buto Ijo. Atau keyakinan bahwa adanya pelangi adalah karena bidadari sedang meyebrang atau sedang mandi. Atau sangkaan orang-orang Jahiliyah, bahwa terjadinya gerhana karena si fulan meninggal dunia. Lalu Nabi meluruskan bahwa fenomena gerhana adalah tanda kebesaran Allah swt. Perintah bersikap ilmiah dan mengkaitkannya dengan Allah swt adalah merupakan isi wahyu pertama, yaitu “Iqro bismi robbika”. Bacalah dengan nama Tuhanmu.

Shalat gerhana yang diadakan tadi malam beretepatan dengan hari kedatangan gelombang ketiga/terakhir santri kembali ke pesantren (Senin-Selasa-Rabu), setelah sebelumnya mereka libur Ramadahan dan Idul Fitri. Shalat gerhana selesai saat masuk waktu Isya dan dilanjutkan dengan shalat Isya berjamaah.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar