Hari Santri: Mulai Dari Drama Kolosal "Resolusi Jihad" Hingga Nobar Film "Mondok"

Film "Mondok" ditayangkan secara nobar di Pesantren
Bogor
- Ada yang unik dari peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2022 yang lalu di Pesantren Multazam. Para santri mengisinya dengan berbagai acara. Mulai dari apel bendera dengan kostum bersarung dan berpeci nasional, drama kolosal Resolusi Jihad hingga Nonton Bareng (nobar) film MONDOK.

Dalam upacara apel bendera Hari Santri, kostum para santri pria menggunakan pakaian bersarung dan berkopiah nasional berwarna hitam. Hal ini selain merupakan pakaian khas santri pria, juga menjalankan surat edaran Kementerian Agama yang menganjurkan di acara Hari Santri, para santri menggunakan kostum tersebut.

Usai apel Hari Santri, ditampilkan pertunjukan Drama Kolosal "Resolusi Jihad", yang mengisahkan tentang kegamangan Soekarno saat menghadapi ancaman pasukan penjajah yang akan membumi hanguskan kota Surabaya jika tidak menyerah. Soekarno pun mengutus Jendral Sudirman untuk meminta pendapat fatwa dari Hadrotus syeikh KH. Hasyim Asyári sebagai pendiri dan ketua Nahdlatul Ulama (NU). Setelah Kyai Hasyim Asyári bermusyawarah dengan para ulama se-Jawa dan Madura, maka dikeluarkan Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober 1945, yang kemudian  tanggal 22 Oktober dijadikan Hari Santri Nasional. 

Drama tersebut dibawakan oleh para santri Multazam dengan sangat apik dan seru. Namun sayangnya drama tersebut tidak sempat direkam dalam bentuk video. Hingga Kabid Kepesantrenan Ust. Musa Abadi, M.Pd pun menyayangkan penampilan yang bagus ini tidak sempat direkam. "Saya menyayangkan, penampilan drama yang bagus ini tidak didokumentasikan dalam bentuk video atau film. Kalau hanya dengan foto kan, terlihat tidak hidup?". Ujarnya usai penampilan drama.

Malam harinya, para santri menikmati nonton bareng (nobar) film berjudul MONDOK dengan menggunakan layar dan proyektor seadanya namun dicreate seperti bioskop. film MONDOK produksi Putekkom ini merupakan film edukasi  tahun 2016 yang mengisahkan sebuah keluarga muda yang memiliki putra tunggal bernama Reyhan di kelas SD yang mempunyai sifat nakal, hingga dikeluarkan oleh sekolahnya karena sering membuat onar, dia pun tidak diterima bersekolah oleh sekolah-sekolah lain. Dan pada saat mencoba dimasukkan ke pesantren, sang ibu merasa khawatir jika masuk pesantren akan menjadi teroris karena termakan oleh informasi yang salah. Namun setelah masuk pesantren beberapa bulan, Rayhan menjadi anak yang baik. Bahkan ia menolak berbohong saat ibunya diam-diam memberi uang kepadanya tanpa sepengetahuan ayahnya. "Ibu kan masukkin Rayhan ke pesantren supaya jujur dan tidak berbohong.?" Jawabnya ketika ibunya tanya menganpa uangnya dikembalikan. Selain itu Rayhan juga terbiasa mandiri serta rajin menabung uang jajannya, hingga saat hari ulang tahun ibunya, dia membelikan mukena untuk ibunya. Ibunya yang menerima paket berisi mukena berlinang air mata terharu saat membaca surat Rayhan yang diselipkan di sela lipatan mukenanya. Suatu pemandangan yang belum pernah dirasakan ibunya saat sebelum Reyhan masuk pesantren.

Film diakhiri dengan shalat berjamaah subuh saat Rayhan liburan berada di rumahnya. Pagi-pagi dia sudah bangun tidur, dan dia sudah bisa melantunkan adzan sendiri di saat kedua orang tua masih tertidur di ruang tamu setelah menonton TV.  Mereka shalat subuh berjamaah bersama. Lalu Rayhan menyalami kedua orangtuanya, dan film pun berkahir.

1 komentar: